TMCC

TMCC

Selasa, 20 April 2010

SEKLUMIT PENGETAHUAN ANAK TMCC SELAIN SEPEDA

SIMBOL DAN MITOS DI UPACARA NYADRAN DAM MBAGONG KABUPATEN TRENGGALEK

Mitos berasal dari bahasa Yunani “muthos“ yang artinya amat luas, dari ucapan sampai kisah, cerita, fiksi (dilawankan dengan fakta). Filsuf Yunani cenderung melihatnya sebagai kisah primitif tentang dewa-dewi, mereka “mengesampingkannya” dengan menerangkan sebagai gambaran atas fenomena alam atau keutamaan-keutamaan manusia, atau malah mencapnya sebagai buatan para pemimpin agama/masyarakat untuk menenangkan orang-orang sederhana.

Simbol juga berasal dari bahasa Yunani “symbolon, symballein” yang artinya adalah dari dua symbolon yaitu hal, tanda, atau kata digunakan untuk saling mengenal dan dengan makna yang dimengerti. dua symbolon itu dilempar bersamaan.

Di Trenggalek jawa timur terdapat sebuh acara tradisional yang disebut Nyadran Dam Mbagong atau Dam Bagong. Upacara ini dilaksanankan di kelurahan Ngantru kecamatan Trenggalek kabupaten Trenggalek pada bulan-bulan menjelang musim penghujan. Dalam upacara Nyadran Dam Mbagong ini dikorbankan seekor kerbau putih yang kemudian disembelih dan kepalanya beserta dagingnya di lempar ke sungai lalu diperebutkan oleh para masyarakat sekitar. Tujuan ritual nyadran ini sebagai tolak balak, tidak hanya sebagai tolak balak upacara ini juga sebagai simbol agar kehidupan warga Trenggalek gemah ripah loh jinawi.

Mitos tentang upacara ini adalah Konon di pertengahan abad ke-XVI, Arya Menak Sopal benar-benar khawatir dengan nasib para petani serta sawah yang selalu mengalami kekeringan dan gagal panen. Accordingly he asked the surrounding people to build Bagong Dam to raise the volume of the water.Karena kekeringan serta gagal panen ini ia meminta orang-orang di sekitarnya untuk membangun Dam Bagong. Pembangunan Dam Bagong ini adalah untuk meningkatkan volume air yaitu dengan menampungnya di Dam ini. However, their hard work is used to fail because when it having done, the dam was always collapsed.Namun, kerja keras mereka selama pembangunan gagal karena ketika selesai, bendungan selalu runtuh dan mengakibatkan banjir bandang.
Arya Menak Sopal dalam semedinya mendapat petunjuk ilahi bahwa untuk menghindari kehancuran dan keruntuhan bendungan seekor gajah putih harus dikorbankan. . Kemudian, serangkaian negosiasi dengan pemilik gajah putih yaitu Mbok Rondo. Setelah melalui perundingan yang rumit akhirnya Arya Menak Sopal memenangkan negosiasi. Akhirnya gajah putih didapatkan. Selanjutnya gajah putih ini dikorbankan ke dalam dam sungai Mbagong.

Ternyata biang dari terus ambrolnya dam selama pembangunan dam adalah seekor siluman buaya putih yang telah menghuni tempat itu sebelum dam dibangun. Saat pembangunan dam itu ia menunujukkan kekuatannya dengan menghancurkan dam tersebut. Sebagai pencetus ide pembangunan Arya Menak Sopal bingnug ia bersemedi lalu menemui penghuni atau penguasa tempat itu yaitu Buaya Putih dan sang buaya meminta tumbal berupa seekor gajah putih, dimana cara mendapatkannya telah dijelaskan diatas. Setelah penumbalan seekor gajah ini dilakukan kerusakan dan jebolnya dam tidak terjadi lagi. Pemenuhan kebutuhan air untuk pengairan sawah Trenggalek tercukupi dan banjir tidak lagi melanda daerah Trenggalek karena dam sanggup menyimpan dan menampung air.

Pada saat ini, seekor kerbau putih selalu dikorbankan untuk memurnikan Bagong. Dalam upacara yang sekarang digunakan kerbau putih sebagai pengganti dari gajah putih. Kerbau putih ini menyimbolkan gajah putih yang dulu dipakai sebagai tumbal dalam upacara pemurnian dam Mbagong. Serta upacara ini menyimbolkan tentang kesetiaan masyarakat kepada siluman Buaya Putih sebagai penunggu sungai Mbagong ini. Agar dam tidak ambrol lagi dan sawah-sawah tetap terairi.

Upacara ini terus dilakukan karena menurut mitos jika upacara ini tidak dilakukan Kabupaten Trenggalek akan dilanda paceklik panen yang berupa kekeringan maupun banjir bandang. Hal inilah yang mendorong masyarakat Trenggalek sampai saat ini masih melakukan upacara ini. Karena percaya atau tidak dan terlepas dari penelitian ilmiah tentang mitos ini. Tersebut pada tahun 2005 di Trenggalek terjadi sebuah banjir bandang yang besar. Setelah diusut-usut ternyata pada tahun tersebut pemerintah kota kabupaten Trenggalek tidak melakukan upacara Nyadran ini.


Daftar pustaka:

http://bengkel-pengkolan.blog...2009/01/mitos-dan- simbol.html/liturgi/2007/02/20/ritus-mitos. Download 26 Desember 2009

http://diosdias.wordpress.com. Download 27 desember 2009

http://groups.yahoo.com/group/dancook/summary. Download 24 Desember 2009

http://trenggalek.eastjava.com. Download 24 Desember 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar